Kalau berbicara emansipasi sangat erat hubungannya sengan yang namanya wanita. Memang hanya kata “ wanita “ lah yang selalu mengikuti kata emansipasi. Tapi emansipasi yang trejadi akhir-akhir sudah yang tidak normal, tidak wajar, sudah terlalu kebablasan.
Awalnya emansipasi berlaku untuk memperjuangkan hak wanita dan tidak untuk di diskriminasikan oleh kaum adam. Dan anggapan jika wanita tidak perlu pendidikan tinggi karena wanita akan berujung pada tiga
Semua itu sah-sah saja jika mereka melakukannya dengan ikhlas. Tapi menjadi tidak sah jika semuanya diatasnamakan emansipasi. Maksudnya apa??? Sekarang ini para wanita – walaupun tidak semuanya – mengatasnamakan emansipasi padahal ingin memanajakan diri. Contohnya seperti yang sudah saya alami. Ketika saya berada dalam sebuah bus yang tidak terlalu penuh dan hanya ada beberapa orang yang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Kebetulan yang berdiri semuanya laki-laki. Ketika bus ini berhenti dan mengambil penumpang, terdapatlah salah seorang diantaranya perempuan. Maka saya dengan kesadaran penuh memberikan tempat duduk saya untuk perempuan itu. Karena saya berpikir bahwa fisik laki-laki lebih kuat dari pada perempuan. Tak berapa lama bus itu berjalan lagi dan berhenti di halte untuk mengambil penumpang. Diantara penumpang yang naik itu terdapat seorang ibu setengah baya dengan menggendong seorang balita yang terus menangis. Ibu itu berdiri berpegangan pinggiran kursi yang di tempati seorang perempuan muda yang kira-kira berumur 20 tahun. Perempuan itu dengan santainya duduk tenang sementara balita yang digendong ibu itu terus menangis. Tidak satupun yang dengan besar hati memberikan bangkunya untuk ibu itu dan balitanya. Terutama perempuan muda itu yang berada di dekat ibu dan balita tsb. Hingga saya berfikir bahwa apakah benar arti emansipasi yang seperti itu??? Yang membiarkan kaumnya menderita demi kenyamanan diri sendiri. Apakah itu yang di ajarkan oleh tokoh wanita kita yaitu Raden Ajeng Kartini ??? saya sangat yakin bahwa kalo R.A Kartini melihat kaumnya seperti ini akan menjerit-menjerit. Karna bukan itu yang diinginkan oleh beliau.
Contoh lain ketika seorang wanita dihadapkan pada hal-hal yang menguntungkan misalnya mengantri BBM atau mengantri bayar apapun mereka inginnya duluan. Dan tak jarang mereka menyuarakan ‘ Ladies First ‘ tapi ketika mereka diharuskan menuju ruang dosen atau menyebrang jalan mereka selalu meminta bantuan laki-laki dan menyuarakan ‘ Loe
Pernah lagi ketika saya makan di suatu pinggir jalan bersama teman, di
Kenapa saya bilang sudah kebablasan di atas ??? karena peran sex sebagai wanita sudah dihilangkan. Sekarang banyak kaum wanita yang lebih mementingkan peran gender. Maksudnya apa??? Seperti yang di ungkapkan oleh dosen Pengantar Ilmu Pendidikan saya bahwa peran sex wanita itu adalah kodrat sebagai seorang wanita. Seperti mendidik anak, menyusui anak, mengurus rumah tangga. Namun apa yang terjadi sekarang ??? mereka menyerahkan semuanya pada pembantu. Seharusnya pembantu itu tugasnya hanya membantu, bukan mengerjai seluruh pekerjaan yang ada di rumah. Bahkan tak jarang anak lebih dekat dengan pembantu di banding ibu sendiri.
Di sini saya tidak berkata bahwa laki-laki benar dan wanita salah. Saya tidak mengatakan bahwa semua wanita melakukan hal yang sama seperti yang saya ungkapkan di atas. Saya hanya mengungkapkan apa yang terjadi dengan saya, ini ada di sekitar kita dan ini nyata. Kalau yang setuju dengan ini terima kasih. Tapi kalau ada yang kurang setuju anggap saja ini hanya pendapat sepihak dari saya. Terima kasih.