Senin, 05 Januari 2009

EMANSIPASI ATAUKAH MEMANJAKAN DIRI ???

Kalau berbicara emansipasi sangat erat hubungannya sengan yang namanya wanita. Memang hanya kata “ wanita “ lah yang selalu mengikuti kata emansipasi. Tapi emansipasi yang trejadi akhir-akhir sudah yang tidak normal, tidak wajar, sudah terlalu kebablasan.

Awalnya emansipasi berlaku untuk memperjuangkan hak wanita dan tidak untuk di diskriminasikan oleh kaum adam. Dan anggapan jika wanita tidak perlu pendidikan tinggi karena wanita akan berujung pada tiga ur - sumur, dapur, kasur - sudah mulai pudar. Hal ini terbukti banyak dari kaum Hawa yang bisa menjadi apapun seperti kaum Adam. Misalnya guru, dosen, pekerja kantoran, manager, produser, penulis, menteri bahkan sampai presiden. Atau profesi yang kurang beruntung yang bisa dilakukan oleh seorang perempuan seperti kondektur, tukang becak, tukang bangunan, sampai tukang ojekpun mereka lakukan.

Semua itu sah-sah saja jika mereka melakukannya dengan ikhlas. Tapi menjadi tidak sah jika semuanya diatasnamakan emansipasi. Maksudnya apa??? Sekarang ini para wanita – walaupun tidak semuanya – mengatasnamakan emansipasi padahal ingin memanajakan diri. Contohnya seperti yang sudah saya alami. Ketika saya berada dalam sebuah bus yang tidak terlalu penuh dan hanya ada beberapa orang yang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Kebetulan yang berdiri semuanya laki-laki. Ketika bus ini berhenti dan mengambil penumpang, terdapatlah salah seorang diantaranya perempuan. Maka saya dengan kesadaran penuh memberikan tempat duduk saya untuk perempuan itu. Karena saya berpikir bahwa fisik laki-laki lebih kuat dari pada perempuan. Tak berapa lama bus itu berjalan lagi dan berhenti di halte untuk mengambil penumpang. Diantara penumpang yang naik itu terdapat seorang ibu setengah baya dengan menggendong seorang balita yang terus menangis. Ibu itu berdiri berpegangan pinggiran kursi yang di tempati seorang perempuan muda yang kira-kira berumur 20 tahun. Perempuan itu dengan santainya duduk tenang sementara balita yang digendong ibu itu terus menangis. Tidak satupun yang dengan besar hati memberikan bangkunya untuk ibu itu dan balitanya. Terutama perempuan muda itu yang berada di dekat ibu dan balita tsb. Hingga saya berfikir bahwa apakah benar arti emansipasi yang seperti itu??? Yang membiarkan kaumnya menderita demi kenyamanan diri sendiri. Apakah itu yang di ajarkan oleh tokoh wanita kita yaitu Raden Ajeng Kartini ??? saya sangat yakin bahwa kalo R.A Kartini melihat kaumnya seperti ini akan menjerit-menjerit. Karna bukan itu yang diinginkan oleh beliau.

Contoh lain ketika seorang wanita dihadapkan pada hal-hal yang menguntungkan misalnya mengantri BBM atau mengantri bayar apapun mereka inginnya duluan. Dan tak jarang mereka menyuarakan ‘ Ladies First ‘ tapi ketika mereka diharuskan menuju ruang dosen atau menyebrang jalan mereka selalu meminta bantuan laki-laki dan menyuarakan ‘ Loe kan cowo ‘. Adalagi ketika berjalan di pinggir jalan dengan teman atau siapapun yang laki-laki, mereka pasti menempatkan posisi di sebelah kiri laki-laki tsb.

Pernah lagi ketika saya makan di suatu pinggir jalan bersama teman, di sana hanya ada satu meja yang di kelilingi enam bangku. Kebetulan bangku yang paling pojok kanan sudah di tempati orang dan saya memilih bangku tengah bersama teman saya. Saya berhadap-hadapan dengan teman saya. Tak lama orang yang di sebelah kanan itu selesai, tinggalah saya berdua dengan teman. Ketika sedang asyiknya mengobrol dengan teman saya, datang lagi dua orang wanita muda yang memesan. Satu mengambil posisi di samping teman saya dan satu lagi masih berdiri. Padahal terdapat bangku kosong di sana. Kemudian dia meminta saya untuk geser. Saya berfikir lagi, koq kenapa nggak dia aja ya yang duduk di bangku sebelah saya ??? saya pun langsung berbicara tersebut denga wanita itu. Dia jawab “ Nggak ah. “ walaupun pada akhirnya saya memenuhi permintaannya juga. Berarti ini membuktikan bahwa wanita ingin menang sendiri. Kalau posisi mereka seperti itu, mana kata emansipasi ???

Kenapa saya bilang sudah kebablasan di atas ??? karena peran sex sebagai wanita sudah dihilangkan. Sekarang banyak kaum wanita yang lebih mementingkan peran gender. Maksudnya apa??? Seperti yang di ungkapkan oleh dosen Pengantar Ilmu Pendidikan saya bahwa peran sex wanita itu adalah kodrat sebagai seorang wanita. Seperti mendidik anak, menyusui anak, mengurus rumah tangga. Namun apa yang terjadi sekarang ??? mereka menyerahkan semuanya pada pembantu. Seharusnya pembantu itu tugasnya hanya membantu, bukan mengerjai seluruh pekerjaan yang ada di rumah. Bahkan tak jarang anak lebih dekat dengan pembantu di banding ibu sendiri. Ada juga yang mencari pelarian kasih sayang di luar cara yang salah. Kalo sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan ??? apakah R.A Kartini yang berteriak-teriak tentang emansipasi dari jaman dahulu ??? atau mereka-mereka yang tidak mengetahui batas-batas emansipasi yang seperti diungkapkan Kartini.

Di sini saya tidak berkata bahwa laki-laki benar dan wanita salah. Saya tidak mengatakan bahwa semua wanita melakukan hal yang sama seperti yang saya ungkapkan di atas. Saya hanya mengungkapkan apa yang terjadi dengan saya, ini ada di sekitar kita dan ini nyata. Kalau yang setuju dengan ini terima kasih. Tapi kalau ada yang kurang setuju anggap saja ini hanya pendapat sepihak dari saya. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar